Kebahagiaan berdasarkan sudut pandang dan tinjauan

Kebahagiaan berdasarkan sudut pandang dan tinjauan 

1 Kebahagiaan dari tinjauan agama 

Kebahagiaan hakiki berarti dekat dengan Tuhan Maha Kasih & Maha Pemilik Kebahagiaan. 

Setiap agama mengajarkan dan mengajak umatnya agar dapat hidup bahagia. Mendekatkan diri pada Tuhan, melakukan ritual keagamaan, berbuat baik kepada sesama, melakukan pelayanan,memelihara lingkungan dan berdoa, hal – hal ini adalah cara – cara yang diajarkan setiap agama yang apabila dijalankan dengan ikhlas, tulus, dan sungguh – sungguh, maka akan memberikan kebahagiaan bagi setiap individu yang menjalankan. 

Berikut merupakan beberapa perspektif mengenai kebahagiaan yang dikutip dari buku “Meraih Kebahagiaan” karya Jalaluddin Rakhmat. 

BUDHA 

1. Kurangi penderitaan dengan mengurangi keinginan. 
2. Mengendalikan hawa nafsu. 
3. Mengurangi angan-angan masa depan. 
4. Keinginan untuk sukses pada masa kini. 
5. Raihlah kebebasan jiwa melalui latihan-latihan ruhani. 

YAHUDI 

1. Kebahagiaan dicapai dengan mematuhi hukum Tuhan, dengan begitu kamu mengabdikan dirimu kepada Tuhanmu. 
2. Jalan-jalan-NYA adalah jalan kebahagiaan yang penuh dengan rasa kedamaian. 

KRISTEN 
1. Menekankan pentingnya berbuat baik dan bahayanya berbuat buruk. 
2. Menurut ayat-ayat Perjanjian Lama, misalnya Mazmur 128 ayat 1-2: “Berbahagialah setiap yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu”. 

Perjanjian Baru, khotbah Yesus di Bukit: 
“Berbahagialah orang yang berduka cita karena mereka akan dihibur”. “Berbahagialah orang yang murah hatinya karena mereka akan beroleh kemurahan”. 

ISLAM 
Kata yang paling tepat menggambarkan kebahagiaan adalah “aflaha”, kata ini adalah derivasi dari akar kata “falah” yang artinya kemakmuran, keberhasilan, atau pencapaian. 

Sesuatu yang dengannya kita berada dalam kondisi tentram, bahagia. Contoh: seruan azan, Q.S. Al-Fajr/89: 27-3. “hayya ‘ala falah, hayya ‘ala khairil ’amal” 

(orang yang bahagia cenderung berbuat baik) 

Ajakan Tuhan meraih kebahagiaan agar dapat berbuat baik pada orang lain. 

Agama memberikan tuntunan untuk menemukan kebahagiaan yang genuine dengan mengamalkan segala perintah–Nya dan menjauhi 

Larangan-Nya. Karena Tuhan adalah “Sumber Sang Maha Bahagia”  dia adalah kesempurnaan cinta, harmonis dan keindahan. 


Jika seseorang yang beragama selalu murung dan sedih, berarti sikap keberagamaannya tersebut tidak memberikan kedamaian, sekalipun dia mengikuti syariatnya (form), dia seperti tidak menemukan ruh agamanya. Pemahaman yang holistik menghasilkan penghayatan yang “dalam”. Sehingga dapat menolong untuk menemukan “Sumber Sang Maha Bahagia”. 

Setiap manusia mendambakan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, maka Tuhan “membuka pintu-pintu” untuk manusia mendekatkan diri kepadaNya. Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang terbaik bagi dirinya. Kebahagiaan adalah pilihan. 

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadan sesuatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Al-Ra’ad/13 : 11) 

“Pintu-pintu” menuju Tuhan : 

• Nama-Nya 
• Sifat-Nya 
• Ciptaan-Nya 
• Firman-Nya 
• Cara-cara beribadah kepada-Nya 
• Cahaya-Nya 
• Utusan-Nya 

Melalui “pintu-pintu” itu manusia mengenal Tuhannya. Agama adalah cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada-Nya dalam meraih kebahagiaan yang hakiki. 

“Aku ada pada prasangka hambaku, dan Aku bersamanya ketika dia menyebut-Ku. Jika ia menyebut-Ku dalam hatinya, Kusebut ia dalam hatiKu, dan jika ia menyebut-Ku di hadapan khalayak, Kusebut ia di hadapan khalayak yang lebih baik. Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekatnya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku berjalan, Ku- songsong ia dengan berlari” (Hadits Qudsi) 

2 Kebahagiaan dari tinjauan psikologi 

Berdasarkan Martin E.P Seligman dalam bukunya “Authentic Happiness” kebahagiaan adalah ganjaran atas berhasilnya mengembangkan hidup dengan cara memaknai peristiwa – peristawa yang terjadi dalam hidup kita. Makna Hidup terdapat dalam setiap kondisi kehidupan, baik menyenangkan maupun tak menyenangkan seperti : 

• Makna Kerja (Meaning of Work) 
• Makna Cinta (Meaning of Love) 
• Makna Hidup (Meaning of Life) 
• Makna Kematian (Meaning of Death) 
• Makna dalam Derita (Meaning in Suffering) 
• Hikmah dalam Musibah (Blessing in Disguise) 

Pemaknaan hidup berporos pada bagaimana kita menjalani hidup. Dengan sikap yang penuh dengan keikhlasan, menerima dengan tabah dan sabar penderitaan yang tak dapat dihindari lagi setelah upaya maksimal yang dilakukan. 

Sikap optimistik dengan selalu mempunyai harapan dan meyakini ada perubahan keadaan yang lebih baik di masa mendatang termasuk dalam bentuk syukur dan pemaknaan hidup. 

Selama kita hidup, hendaknya kita menanamkan prinsip bahwa hidup adalah berkarya, bekerja, mencipta, dan berbuat kebajikan kepada orang lain. Selama kita melakukannya dengan penuh rasa cinta, keyakinan, penghayatan, maka itu yang disebut pemaknaan hidup dan tidak lain hal tersebut adalah kebahagiaan itu sendiri. 

Cara Pengembangan Hidup Bermakna : 

Pemahaman Diri 
Menyadari keunggulan dan kelemahan pribadi (dan lingkungan), baik yang potensial maupun yang aktual. Sehingga secara maksimal dapat melakukan pengembangan pribadi yaitu meningkatkan keunggulan dan mengurangi kelemahan. 

Bertindak Positif 
Menjabarkan dalam tindakan-tindakan nyata hal-hal yang dianggap baik & bermanfaat dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. 

Pengakraban Hubungan 
Meningkatkan hubungan baik dengan pribadi-pribadi tertentu (keluarga, rekan, tetangga) sehingga masing-masing merasa saling percaya, saling menghargai, saling menyayangi dan bersedia bantu-membantu. 

Memenuhi Catur Nilai 
Mendalami, memahami, menjabarkan sumber-sumber makna hidup: 
• Nilai-nilai Penghayatan 
• Nilai-nilai Sikap 
• Nilai-nilai Harapan 
• Nilai-nilai Karya 
Dan merealisasikannya dalam kehidupan. 

Ibadah 
• Mendekatkan diri pada Tuhan 
• Melakukan ritual keagamaan 
• Berbuat baik kepada sesama 
• Melakukan pelayanan 
• Memelihara lingkungan 
• Berdoa 

Kebahagiaan sejati tidaklah berasal dari faktor eksternal – dari luar diri., melainkan sesuatu yang menjadi faktor internal – dari dalam diri. 

Banyak orang sibuk mencari kebahagiaan dan kesenangan yang bersifat termporer, dengan bekerja keras, membanting tulang dan sebagainya, dengan harapan, dirinya akan bahagia saat menerima hasilnya, yaitu material yang bersifat sementara. Kesibukannya tersebut, membuat lupa  dirinya akan misi mencari kebahagiaan yang sejati, kebahagiaan yang hakiki, yang tidak bergantung pada apapun yang berasal dari luar dirinya, melainkan hanya bergantung pada kesiapan, kematangan, dan kekuatan fikiran untuk memilih menjadi seorang yang bahagia. 

Kebahagiaan sangat berhubungan dengan kesuksesan seseorang, baik ditempat kerja, sekolah atau universitas, serta lingkungan sosial dan pertemanan. Survei membuktikan bahwa orang yang bahagia memiliki tingkat kesehatan yang lebih baik, lebih sukses di kelas maupun di tempat kerja, lebih kreatif, produktif, lebih popular, mudah untuk bergaul, panjang umur, dan sangat mempunyai sangat sedikit potensi , untuk menjadi seorang kriminal, ataupun pencandu obat – obatan. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kebahagiaan berdasarkan sudut pandang dan tinjauan"

Post a Comment