Kebahagiaan dari perspektif filosofi

Jalaluddin Rakhmat ( Meraih Kebahagiaan, 2004 ) 

1 Aristoteles 

Segala sesuatu mengarah pada satu tujuan unik, masing-masing sama seperti sebilah pisau yang dimaksudkan untuk memotong dengan baik. Manusia merasa bahagia jika mereka berfungsi dengan baik. 

2 Plato 

Socrates mengajarkan kebahagiaan dengan contoh perilakunya. Dari perilakunya seolah-olah mengatakan bahwa Anda bahagia, jika dalam  pandangan Anda tidak ada bedanya hidup dan mati, penjara dan istana, miskin dan kaya, racun dan madu. 

• Kebahagiaan adalah anugerah Tuhan karena kita hidup dengan baik. 
• Berfungsinya seluruh bagian jiwa secara harmonis. 
• Kita bisa hidup dengan “mengikuti alam”, yakni mengalami fitrah kemanusiaan kita (Aristoteles). 

3 Socrates 

“Kebahagiaan adalah anugerah Tuhan, berfungsinya seluruh bagian jiwa secara harmonis, menghormati alam, menjalankan fitrah kemanusiaan kita”. 

Orang dewasa lebih suka mencari uang dan terbenam dalam kehidupan rutinnya untuk menyongsong masa depan. Kita punya “diri yang nyata”, yang dapat kita temukan sendiri. Kebahagiaan yang nyata terdapat dalam kebahagiaan meraih kesempurnaan diri yang nyata atau “jiwa sejati” atau “the true self”. 

4 Filsafat Humanisme 

Kebahagiaan berpusat pada pencapaian dan pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri – individu meraih kesempatan menggali potensi diri – mengaktualisasikan bakat dan minat yang inheren. 

5 Etika Hellenistik 

Menurut Kaum Sinis, Kebahagiaan terdapat dalam ketidak-pedulian terhadap ambisi duniawi, karena kita tidak akan bisa menguasai hal-hal ini selamanya.  

S.T. Thomas Aquinas (1224–1274) 
Tugas manusia adalah meraih kepuasan dan kebahagiaan pribadi dengan menerapkan “nilai-nilai luhur” mereka secara moderat. 

6 Utilitarianisme 

Jeremi Bentham (1748 – 1832) JS Mill (1806 – 1873) 
Kebahagiaan sering berbentuk “kebaikan umum”: perpustakaan, rumah sakit, sekolah, sistem lalu lintas, dan lain-lain, yang bersifat manfaat untuk publik. 

Tugas utama pemerintah adalah menjadikan mayoritas penduduk bahagia. 

Utilitarianis 

Konsep baik berarti “kebahagiaan terbesar dalam jumlah  terbesar”Ketika kita menginginkan kebahagiaan kita sendiri, apakah ini dengan otomatis berarti kita menginginkan kebahagiaan orang lain? 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kebahagiaan dari perspektif filosofi"

Post a Comment