Laju Kerusakan dan Umur Produk

Laju Kerusakan dan Umur Produk
Laju kerusakan suatu sistem r(t) akan berubah sepanjang waktu. Dari pengalaman maupun percobaan diketahui laju kerusakan suatu produk mengikuti suatu pola dasar yang disebut kurva bath-up(A.K.S. jardine, 1993). Dalam menganalisis kerusakan alat atau komponen, faktor yang perlu mendapat perhatian adalah laju kerusakan (failure rate) komponen setiap saat selama masa operasi.

Ada beberapa cara yang dilakukan untuk menganalisis kerusakan, antara lain:
1.      Cara Teknikal
Cara ini dilakukan dengan menentukan sebab-sebab terjadinya kerusakan pada alat berdasarkan aspek-aspek teknis dari peralatan.
2.      Cara Statistikal
Menganalisis kerusakan dengan cara menentukan hubungan antara laju kerusakan alat dengan waktu. Cara ini biasa menggunakan histogram frekuensi relatif dengan mencatat Time To Failure sepanjang pengoperasian sistem.

Pengamanan terhadap karakteristik terjadinya kerusakan sangat penting untuk menetapkan langkah-langkah pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan yang lebih berat. Dari hasil pengamatan ini dapat disimpulkan dalam bentuk kalimat atau grafik yang nantinya dapat dianalisis lebih lanjut. Diketahui bahwa pola kerusakan komponen merupakan kurva yang berbentuk seperti bak mandi atau biasa disebut bath-up hazart rate curve.

Kurva ini terbagi dalam tiga area, yaitu:
1.      Area A, disebut: Burn in Region (laju kerusakan menurun)
2.      Area B, disebut: Usefull Life Region (laju kerusakan konstan)
3.      Area C, disebut: Wear Out Region (laju kerusakan meningkat)

Fase A: Kerusakan awal (Early failure atau infant mortaly).
Pada fase ini, laju kerusakan (hazard rate) suatu sistem mengalami penurunan dan biasanya hal ini merupakan ciri awal penggunaan mesin. Fase ini sering disebut burn in region, debugging region atau break in region. Fase ini dimulai dari t0 sampai t1. Pada fase ini menunjukkan terjadinya kerusakan dini (early failure) yang menurun hingga t1. Probabilitas kerusakan pada saat ini akan lebih besar dibanding pada saat yang akan datang. Komponen yang berada pada area A atau fase A mempunyai tiga fungsi kepadatan probabilistik yaitu gamma, hipereksponensial dan weibull.

Fase B: Kerusakan yang random (Failure random in time).
Fase ini dimulai dari t1 sampai t2. Pada fase ini memiliki laju kerusakan yang cendrung konstan dan merupakan laju kerusakan yang rendah. Fase ini biasa disebut usefull life. Kerusakan yang terjadi pada fase ini biasanya diakibatkan oleh pembebanan yang tiba-tiba yang besarnya diluar batas kemampuan komponen atau kondisi ekstrim lainnya. Komponen pada fase ini memiliki fungsi kepadatan probabilitas eksponensial atau weibull.

Fase C: Pengoperasian melebihi umur komponen (Wear out operation).
Fase ini dimulai dari t2 sampai seterusnya. Fase ini memiliki laju kerusakan yang cenderung tajam atau meningkat, hal ini dikarenakan mulai memburuknya kondisi alat atau komponen sehingga fase ini disebut pemakaian yang melebihi umur komponen atau (wear out). Biasanya penggantian alat terjadi pada saat t1 dan t2. Tetapi penentuan t1 dan t2 terasa sulit, maka sukar sekali untuk melakukan atau mengadakan penggantian peralatan pada saat yang tepat. Komponen yang berada pada fase ini mempunyai fungsi kepadatan probabilitas weibull, normal dan gamma.

Waktu antar kerusakan dengan laju kerusakan terjadi pada interval (t1, t2)maka jika digunakan distribusi frekuensi kita akan mengetahui frekuensi (f(t)) yaitu banyaknya kerusakan pada interval tersebut dan nilai tengah (ti) dari distribusi tersebut. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Laju Kerusakan dan Umur Produk"

Post a Comment