Clustering Hirarkhi (Hierarchical Clustering)


Clustering hirarkhi membangun sebuah hirarkhi cluster atau dengan kata lain sebuah pohon cluster, yang juga dikenal sebagai dendrogram. Setiap node cluster mengandung cluster anak; cluster-cluster saudara yang membagi point yang ditutupi oleh induk mereka. Metode-metode clustering hirarkhi dikategorikan ke dalam agglomerative (bawah-atas) dan idivisive (atas-bawah) (Jain & Dubes, 1988; Kaufman & Russeeuw, 1990). Clustering agglomerative dimulai dengan cluster satu point (singleton) dan secara berulang mengabungkan dua atau lebih cluster yang paling tepat. 





Cluster divisive dimulai dengan satu cluster dari semua point data dan secara berulang membagi cluster yang paling tepat. Proses tersebut berlanjut hingga kriteria penghentian (seringkali, jumlah k yang diperlukan dari cluster) dicapai. Kelebihan cluster hirarkhi meliputi :

(I) Fleksibilitas yang tertanam mengenai level granularitas
(II) Kemudahan menangani bentuk-bentuk kesamaan atau jarak
(III) Pada akhirnya, daya pakai pada tipe-tipe atribut apapun
Kelemahan dari clustering hirarkhi berhubungan dengan :
(I) Ketidakjelasan kriteria terminasi
(II) Terhadap perbaikan hasil clustering, sebagian besar algoritma hirarkhi tidak mengunjungi kembali cluster-clusternya yang telah dikonstruksi.



Untuk clustering hirarkhi, menggabungkan atau memisahkan subset dari point-point dan bukan point-point individual, jarak antara pint-point individu harus digeneralisasikan terhadap jarak antara subset.



Ukuran kedekatan yang diperoleh disebut metrik hubungan. Tipe metrik hubungan yang digunakan secara signifikan mempengaruhi algortima hirarkhi, karena merefleksikan konsep tertentu dari kedekatan dan koneksitas. Metrik hubungan antar cluster utama (Murtagh 1985, Olson 1995) termasuk hubungan tunggal, hubungan rata-rata dan hubungan sempurna. Semua metrik hubungan

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Clustering Hirarkhi (Hierarchical Clustering)"

Post a Comment