A. Kesimpulan
1. Sebaran kejadian Penyakit TB Paru BTA (+) di Wilayah Kota Samarinda dalam penelitian ini terbanyak pada Kecamatan Samarinda Utara dan hanya yang paling sedikit pada Kecamatan Samarinda Ulu
2. Kecamatan Samarinda Ulu merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, namun dalam penelitian ini kasus yang ada hanya sedikit, dan berbanding terbalik dengan Kecamatan Samarinda Utara yang tidak padat, banyak ditemukan kasus, selain itu pada Kecamatan Samarinda Ulu justru mengalami penurunan kasus dari triwulan I berjumlah 4 kasus menjadi 3 kasus pada triwulan II, sehingga dapat dikatakan kepadatan tidak berkaitan dengan kasus TB Paru.
3. Angka kemiskinan tertinggi pada Kecamatan Samarinda Utara tempat ditemukan banyaknya kasus, dan juga terjadi peningkatan kasus yang signifikan dari triwulan I ke triwulan II pada Kecamatan Samarinda Ilir, yang merupakan daerah dengan angka kemiskinan tertinggi kedua setelah Kecamatan Samarinda Utara yaitu dari 2 kasus menjadi 6 kasus, sehingga dapat dikatakan bahwa kemiskinan berkaitan dengan kejadian TB Paru BTA (+)
4. Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan berkaitan dengan penemuan kasus TB Paru BTA (+), ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di suatu tempat yang mudah terjangkau akan memudahkan masyarakat dalam mencapai pelayanan kesehatan untuk dapat segera memperoleh pelayanan kesehatan sehingga dapat segera ditangani jika ada ditemukan penyakit serius dan dapat dilakukan upaya preventif bagi sekitarnya agar tidak tersebar
B. Saran
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tidak hanya melakukan upaya kuratif terhadap kasus TB Paru tetapi seyogyanya melakukan promosi kesehatan dan upaya pencegahan TB yang bersifat menyeluruh pada suatu kelompok masyarakat
2. Puskesmas sebagai pelayanan pertama kesehatan pada masyarakat dapat mengontrol dan memonitoring alamat kasus, sehingga tidak terjadi bias dan dapat dengan mudah mengetahui daerah rawan
3. Pada penelitian ini kasus banyak ditemukan pada kecamatan yang memiliki angka kemiskinan tertinggi, sedangkan kemiskinan berpengaruh pada gizi seseorang, oleh karena itu puskesmas perlu melakukan koordinasi lintas program antara petugas TB Paru dengan staf puskesmas yang lain seperti bagian gizi untuk peningkatan status gizi masyarakat agar memiliki imunitas yang tinggi dan tidak rentan terhadap penyakit infeksi
4. Pada penelitian ini kasus yang ditemukan jauh dengan pelayanan kesehatan jumlahnya lebih kecil bila dibandingkan dengan yang berada dekat dengan pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu adanya penyampaian informasi kepada masyarakat bahwa pengobatan TB di puskesmas diberikan secara gratis sehingga jarak tak menjadi hambatan dalam pencarian pengobatan
1. Sebaran kejadian Penyakit TB Paru BTA (+) di Wilayah Kota Samarinda dalam penelitian ini terbanyak pada Kecamatan Samarinda Utara dan hanya yang paling sedikit pada Kecamatan Samarinda Ulu
2. Kecamatan Samarinda Ulu merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tinggi, namun dalam penelitian ini kasus yang ada hanya sedikit, dan berbanding terbalik dengan Kecamatan Samarinda Utara yang tidak padat, banyak ditemukan kasus, selain itu pada Kecamatan Samarinda Ulu justru mengalami penurunan kasus dari triwulan I berjumlah 4 kasus menjadi 3 kasus pada triwulan II, sehingga dapat dikatakan kepadatan tidak berkaitan dengan kasus TB Paru.
3. Angka kemiskinan tertinggi pada Kecamatan Samarinda Utara tempat ditemukan banyaknya kasus, dan juga terjadi peningkatan kasus yang signifikan dari triwulan I ke triwulan II pada Kecamatan Samarinda Ilir, yang merupakan daerah dengan angka kemiskinan tertinggi kedua setelah Kecamatan Samarinda Utara yaitu dari 2 kasus menjadi 6 kasus, sehingga dapat dikatakan bahwa kemiskinan berkaitan dengan kejadian TB Paru BTA (+)
4. Akses ke fasilitas pelayanan kesehatan berkaitan dengan penemuan kasus TB Paru BTA (+), ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan di suatu tempat yang mudah terjangkau akan memudahkan masyarakat dalam mencapai pelayanan kesehatan untuk dapat segera memperoleh pelayanan kesehatan sehingga dapat segera ditangani jika ada ditemukan penyakit serius dan dapat dilakukan upaya preventif bagi sekitarnya agar tidak tersebar
B. Saran
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tidak hanya melakukan upaya kuratif terhadap kasus TB Paru tetapi seyogyanya melakukan promosi kesehatan dan upaya pencegahan TB yang bersifat menyeluruh pada suatu kelompok masyarakat
2. Puskesmas sebagai pelayanan pertama kesehatan pada masyarakat dapat mengontrol dan memonitoring alamat kasus, sehingga tidak terjadi bias dan dapat dengan mudah mengetahui daerah rawan
3. Pada penelitian ini kasus banyak ditemukan pada kecamatan yang memiliki angka kemiskinan tertinggi, sedangkan kemiskinan berpengaruh pada gizi seseorang, oleh karena itu puskesmas perlu melakukan koordinasi lintas program antara petugas TB Paru dengan staf puskesmas yang lain seperti bagian gizi untuk peningkatan status gizi masyarakat agar memiliki imunitas yang tinggi dan tidak rentan terhadap penyakit infeksi
4. Pada penelitian ini kasus yang ditemukan jauh dengan pelayanan kesehatan jumlahnya lebih kecil bila dibandingkan dengan yang berada dekat dengan pelayanan kesehatan, oleh karena itu perlu adanya penyampaian informasi kepada masyarakat bahwa pengobatan TB di puskesmas diberikan secara gratis sehingga jarak tak menjadi hambatan dalam pencarian pengobatan
0 Response to "Contoh Kesimpulan dan Saran Tuberkulosis (TB)"
Post a Comment