Pemanfaatan teknologi ini dapat meningkatkan kemampuan alutsista dan peralatan militer misalnya :
a. Sistem cerdas persenjataan (peluru kendali)
Dalam konteks peperangan, secara historis fungsi roket sejatinya adalah kepanjangan tangan dari peran kesenjataan artileri, khususnya artileri swa gerak. Sejak peperangan zaman dulu, para perumus strategi pertahanan umumnya sepakat, bahwa kesenjataan artileri dengan daya jangkau yang mampu mencapai garis belakang pertahanan dan menembus jantung pertahanan lawan, adalah instrumen paling efektif untuk memenangkan sebuah perang. Oleh karena itu, pengembangan kesenjataan artileri pada awalnya di basiskan pada dua esensi pokok yaitu : daya jangkau (range) dan daya ketelitian (precision). Meskipun tentu saja, daya hancur (destruction capability), tetap menjadi esensi umum pada pengembangan kesenjataan artileri, sebagaimana layaknya kesenjataan lainnya.
Sebagai bagian dari kesenjataan artileri, pengembangan roket tentu tidak lepas dari minat para pakar teknologi militer untuk memperluas daya jangkau dan daya hancur kesenjataan artileri. Dapat dikatakan, bahwa perluasan pengembangan teknologi roket adalah perluasan (extension) dari hasrat para teknolog militer untuk memperbesar daya jangkau dari kesenjataan artileri. Contoh sederhana dari peroketan sebagai extension kesenjataan artileri, adalah fakta sejarah ketika Jerman mengembangkan roket V-1 dan V-2 di tahapan akhir Perang Dunia ke-2.
Dibalik masih adanya beberapa kontroversi dari para sejarawan militer mengenai latar belakang pengembangan kedua jenis senjata itu, namun umumnya mereka sepakat, bahwaOberkommando des Heeres –Komando Tertinggi Angkatan Bersenjata Jerman, di masa itu– memutuskan untuk mengembangkan roket V-1 dan V-2 hingga tahapan operasional, guna mengkompensasi makin berkurangnya efektifitas Luftwaffe (AU Jerman) sebagai artileri-terbang untuk menetralisir ofensif Sekutu, khususnya di fase terakhir Perang Dunia ke-2. Roket V-1 dan V-2 di fungsikan sebagai artileri jarak jauh, untuk melumpuhkan beberapa sasaran strategis, yang di tahapan akhir perang dunia kedua itu, sudah sulit untuk dijangkau oleh Luftwaffe.
Dalam lingkup kesenjataan artileri, konsep penggunaan roket V-1 dan V-2 adalah sebuah terobosan yang sangat inovatif. Jika konsep yang dianut pada kesenjataan artileri sebelumnya adalah sebatas mengarahkan peluru ke sasaran dengan tepat, maka pada konsep V-1 dan V-2, ‘peluru artileri’ itu, dalam hal ini roket, dibekali dengan perangkat pemandu untuk menjangkau sasarannya sendiri. Perangkat pemandu itu, yang di kemudian hari lazim dikenal dengan sistem kendali –guidance systems—, termasuk sistem tracking nya, telah melahirkan sebuah kecabangan sistem kesenjataan baru, yaitu peluru kendali –guided missiles–.
Pada pengembangannya di era paska Perang Dunia ke-2, peran roket sebagai kepanjangan dari kesenjataan artileri tetap mengemuka, baik pada konteks roket dengan kendali, yang selanjutnya memiliki ranah pengembangan sendiri yaitu peluru kendali; dan roket tanpa kendali, yang pengembangannya tetap memperoleh perhatian besar di kalangan para teknolog pertahanan dan ahli strategi militer. Peluru kendali, yang dapat dimaknai sebagai roket dengan sistem kendali, melengkapi bahkan mengambil alih persenjataan utama di pesawat tempur, kapal perang dan bahkan diterapkan sebagai senjata anti tank.
Sejak tahun ’80 an, peluru kendali sudah menjadi senjata utama pesawat tempur dan kapal perang modern. Bahkan di tahun ’90 an mulai banyak kapal selam yang dilengkapi dengan peluru kendali. Demikian pula dengan roket tanpa kendali, artinya roket yang tidak dilengkapi dengan sistem kendali, juga tetap dikembangkan, sebagai kesenjataan artileri. Roket tanpa kendali ini, umumnya menjadi perangkat utama sistem senjata yang disebut Multiple Rocket Launchers Systems (MRLS). Kedua, jenis senjata tersebut hingga kini tetap memiliki peran penting sebagai daya penggetar pada penyelenggaraan sistem pertahanan.
Sejatinya sebagai kecabangan sistem kesenjataan artileri, terdapat tiga kategori teknologi pada roket untuk aplikasi pertahanan. Kategori pertama adalah, teknologi untuk meningkatkan daya jangkau; Kategori kedua adalah, teknologi untuk meningkatkan daya rusak; dan Kategori ketiga adalah, teknologi untuk meningkatkan daya presisi atau akurasi. Dari ketiga kategori teknologi itu, yang paling banyak dikembangkan pertama kalinya adalah teknologi untuk meningkatkan daya jangkau dan daya rusak.
Untuk meningkatkan daya jangkau, teknologi aerodinamika dan teknologi pendorong/propulsi menjadi tulang punggung pada pengembangan roket untuk keperluan pertahanan. Roket dirancang makin aerodinamis dengan tingkat stabilitas makin tinggi. Seiring dengan itu, roket juga didisain untuk makin sanggup mengangkut payload yang makin besar. Tentu saja hal itu menjadikan disain dan rancangan roket menjadi sama, bahkan terkadang lebih kompleks, dibandingkan dengan pesawat terbang berawak. Fabrikasi roket menjadi hampir sama rumitnya dengan pesawat terbang berawak, bahkan terkadang jauh lebih rumit.Demikian pula dengan variasi teknologi bahan bakar, yang terus dikembangkan untuk memungkinkan daya jangkau yang makin besar. Teknologi bahan bakar roket terus berkembang dari yang paling sederhana (bahan bakar cair) hingga yang paling kompleks (bahan bakar padat), bahkan saat ini, mulai dikembangkan roket dengan bahan bakar fuel cell (meskipun masih pada tahapan eksperimental). Teknologi propulsi lain yang juga dikembangkan saat ini adalah dengan memanfaatkan energi kinetik, yang lazim dikenal dengan Kinetic Energy Missiles. Teknologi ini sekarang dilirik sebagai salah satu alternatif terbaik untuk dimanfaatkan pada peluru kendali anti tank.
Contohnya adalah pesawat jet tempur terbaru AU AS, F-22 dan F-35 yang diintegrasikan langsung dengan kesanggupan pesawat-pesawat itu, untuk mengakomondasi peluru kendali jenis AMRAAM. Demikian pula disain kapal perang modern di abad 21 ini, hampir seluruhnya dirancang untuk dapat mengakomondasi sistem VLS –Vertical Launch Systems– yang tidak lain adalah bagian dari sistem kesenjataan peluru kendali.
b. Simulator perilaku pesawat bagi trainee
Digunakan untuk mensimulasi perilaku dari pesawat, kendaraan dan system senjata untuk memberikan praktik kepada para trainee (orang yang dilatih), dan memungkinkan mereka belajar dari kesalahan fatal yang mematikan. Komputer dapat merekan kinerja trainee dan menampilkannya kembali sehingga trainee dapat mengamati perilaku mereka sendiri dan belajar dari perilaku tersebut. Banyak orang militer masuk medan perang dengan pengalaman terbatas dalam hal penggunaan amunisi, tetapi simulasi sangat realistis sehingga mereka dapat melakukan tugas mereka dengan baik.
0 Response to "Aplikasi Komputer Dibidang Pertahanan Sistem Cerdas Persenjataan"
Post a Comment